Chapter 403: Indra dan Boneka Ginseng
Chapter 403: Indra dan Boneka Ginseng
Setelah 12 hari, 5 jam, 5 menit dan 20 detik di rumah sakit, Randika akhirnya dibebaskan dari rumah sakit.
Setelah beristirahat lebih dari 10 hari, Randika benar-benar merasa seperti baru. Luka di sekitar area jantungnya sudah menutup, bahkan lukanya pun telah menghilang, tidak terlihat bekasnya sama sekali.
Luka jantungnya ini memang sedikit mengkhawatirkan, tetapi dia jauh lebih khawatir dengan kekuatan misterius di dalam tubuhnya.
Ketika dia berusaha menggunakan tenaga dalamnya, kekuatan misterius di dalam tubuhnya mulai menggila. Ia bukan hanya melahap tenaga dalamnya, ia memberikan beban yang berat pada tubuhnya.
Awalnya kekuatan misteriusnya ini sudah lumayan jinak, namun sekarang ketika dia mengalirkan tenaga dalamnya, kekuatannya itu segera memberontak.
Randika menghela napasnya. Kekuatannya ini benar-benar misterius, dia sendiri tidak tahu kenapa kekuatan itu bisa muncul di tubuhnya. Meskipun kekuatannya luar biasa, dia merasa percuma jika dia tidak bisa mengendalikannya.
Ikan-ikan yang dia makan di gua itu telah membuat dirinya berhasil menjinakkan sebagian kecil kekuatan misteriusnya, tetapi itu masih belum cukup baginya untuk menguasainya 100%.
Randika berjalan keluar dari gedung rumah sakit dan menatap indahnya pagi hari, suasana hatinya sedang bagus.
Tom dan Anna sudah lari ke luar negeri, pasukannya dan Arwah Garuda sudah mengejarnya jadi seharusnya tidak ada ancaman lagi di sekitarnya.
Randika berjalan santai di pinggir jalan. Masa-masa di rumah sakitnya hampir membuatnya menggila. Dia benar-benar bosan!
Meskipun Inggrid dan Hannah sering mengunjunginya, dia masih tetap bosan.
Ditambah lagi, perawat yang merawatnya itu sudah tua. Jadi Randika tidak bisa bermain-main dengannya.
Sekarang, ketika dia keluar dari rumah sakit dan menghirup udara segar, dia benar-benar merasa seperti terlahir kembali.
Randika berjalan dengan lapang dada dan menyambut hari dengan senang. Ketika dia berjalan, dia menyadari ada kerumunan di depan.
Apakah ada sesuatu yang menarik di depan?
Jika dilihat-lihat, orang-orang sepertinya sedang mengantri bakso yang lagi viral.
Tetapi ketika melihat lautan manusia itu, Randika menghela napas dengan kecewa. Orang-orang memang mudah tergiur ketika melihat keramaian, mereka tidak akan berpikiran panjang dan ikut mengantri. Tetapi Randika tidak bisa terlalu memaki mereka, karena dia sendiri juga tertarik dengan apa yang sedang terjadi.
Bagaimana mungkin dia mengabaikan sesuatu yang enak?
Setelah menghela napasnya sekali lagi, Randika mulai mengantri sambil mencari celah untuk menyalip.
Apa pun yang terjadi, dia harus mencoba bakso ini!
Di tengah-tengah keramaian, beberapa orang menyuarakan kemarahan mereka. "Hei, jangan dorong-dorong! Tempat ini kecil, jangan dorong-dorong!"
"Bajingan mana yang barusan mendorongku?" Seorang lelaki berputar dengan wajah yang marah. Orang yang barusan mendorongnya itu membalas tatapannya sambil mengatakan. "Apa lihat-lihat?"
"Sopan sedikit kalau ngantri, main dorong aja." Jawabnya.
"Bacot! Kalau tidak terima, ngomong!"
"Nantang?"
Ketika mereka berdua sedang sibuk bertengkar, orang-orang yang mengantri menyalip dan terus mengantri.
Ketika Randika terus menyalip tanpa tahu malu, Randika terkejut ketika melihat seorang pesumo sedang berdiri tidak jauh dari tempatnya berdiri. Orang-orang masih mengantri sambil melihat pertengkaran pesumo itu dengan seorang pria. Mereka merasakan firasat buruk.
Di pundak pesumo itu, terlihat sesosok bayi kecil. Tetapi kalau dibilang bayi, ukurannya terlalu kecil, meskipun begitu, sosoknya itu sangat menggemaskan.
Randika menatap orang gemuk itu dan tidak bisa menahan diri untuk tidak menggelengkan kepalanya. Kenapa dia ada di sini?
Setelah menatapnya lekat-lekat, Randika telah memastikan bahwa orang gemuk itu adalah Indra dan boneka ginseng.
Kenapa mereka ada di sini? Bukankah mereka seharusnya ada di desa?
Ketika Randika terlihat bingung, dia mencuri dengan perkataan orang-orang di depannya.
"Sial sekali orang gemuk itu, dia tidak tahu bahwa orang yang diajaknya bertengkar itu mantan seorang bos preman."
"Tetapi ngapain coba mereka berkelahi di sini? Kalau sampai gerobak baksonya kena bagaimana?"
"Orang itu tidak peduli sama sekelilingnya, kalau dia mau, dia bisa membunuh laki gemuk itu di sini."
"Segitu bajingannya dia?"
"Hahaha keuangannya benar-benar kuat, para polisi sudah tutup mata kalau berurusan dengan dia. Aku juga dengar 10 orang telah dia bunuh dan gantung di jalan tetapi polisi masih belum menangkap tersangkanya."
"Gila, memang uang adalah segalanya ya."
"Tetapi preman membantai preman lain, bukankah itu juga membantu para polisi juga? Selama dia tidak meresahkan masyarakat ya polisi tetap diam dan mendapatkan setoran bulanannya."
Randika mendengarkan mereka, tetapi dia masih tidak mengerti. Dia kemudian bertanya pada orang tersebut. "Ada apa ini ribut-ribut?"
Orang itu menoleh dan menjawab. "Mereka ribut karena saling dorong, tetapi sebentar lagi seharusnya selesai kok. Sudah pura-pura tidak lihat saja, nanti malah terseret."
Mendengar kata-kata itu, Randika menghela napasnya.
Pada saat ini, bos preman yang bernama Ian itu berkata padanya. "Gara-gara kamu, HPku jatuh dan layarnya retak, kamu harus ganti 15 juta!"
Indra dengan polos berkata padanya. "Aku tidak punya uang."
Boneka ginseng di pundaknya juga mengangguk berulang kali seolah-olah setuju dengan perkataan Indra.
Sepertinya seiring berjalannya waktu, boneka ginseng ini semakin pintar dan semakin menyerupai manusia.
"Tidak punya uang? Apa kamu pikir memperbaiki HP ini tidak butuh uang?" Ian memperlihatkan layar HPnya yang retak. "Apa kamu tahu harga HP ini? Ini handphone keluaran terbaru, harganya tidak kurang dari 15 juta. Sekarang cepat ganti!"
Indra membalas. "Buat apa aku menggantinya? Kamu sendiri tadi yang mendorongku dari belakang dan menjatuhkannya, itu bukan salahku."
"Terlepas dari siapa yang salah, apakah itu bisa membuat HPku ini nyala seperti dulu?"
"Tidak." Kata Indra setelah berpikir sejenak.
"Kalau begitu, cepat bayar!"
"Aku belikan kamu HP yang baru nanti." Jawab Indra.
"Aku tidak perlu yang baru, aku cuma perlu uangmu sekarang!" Kata Ian dengan wajah marah.
Indra menjawab dengan hal yang sama. "Aku tidak punya uang."
Ian mendengus dingin, dia kemudian berkata padanya. "Kalau kamu tidak punya uang, benda itu seharusnya cukup untuk membayarnya."
"Benda?" Indra menatap pahanya yang gemuk itu, dia lalu berkata. "Maaf aku suka wanita, aku tidak akan memberikan bendaku ke pria."
"Bodoh! Benda yang kumaksud itu benda yang ada di pundakmu!" Ian menunjuk ke arah boneka ginseng. Dia memperhatikan boneka ginseng itu dari tadi, sepertinya itu hewan pintar yang langka. Jika dia menjualnya, seharusnya bisa menghasilkan uang ratusan juta.
"Kamu ingin temanku ini?" Indra menjadi takut, postur tubuhnya berubah menjadi bertahan. "Aku tidak mau! Dia adalah temanku yang berharga, aku tidak akan mungkin menyerahkannya padamu!"
"Itu bukan keputusanmu!" Ian memanggil beberapa pengawalnya yang mengikuti dirinya tadi. Meskipun dia sudah keluar dari permainan, memiliki 1 atau 2 pengawal adalah hal yang wajar.
Dalam sekejap, salah satu pengawal itu menghantam tongkat kayu yang dipegangnya ke arah Indra
DUAK!
Pengawal itu menatap Indra yang sepertinya sedang kebingungan, dia lalu menatap tongkatnya yang patah di tangannya.
Apa yang sebenarnya sedang terjadi?